Pembacaan Desain Gambar Bidang Otomotif (Teknik Mesin)
Pengertian Gambar Teknik Elektronika
Gambar teknik listrik merupakan salah satu aspek penting atau alat untuk menyatakan ide dan gagasan ahli teknik. Oleh sebab itu gambar teknik sering disebut juga sebagai bahasa teknik atau bahasa lain bagi kalangan ahli-ahli teknik.Sebagai suatu bahasa, gambar teknik harus bisa meneruskan dan menjelaskan lebih rinci tentang keterangan-keterangan secara tepat dan obyektif. Gambar teknik bisa juga diartikan sebagai gambar yang dibuat dengan memakai cara-cara, ketentuan-ketentuan, aturan-aturan yang sudah disepakati bersama oleh ahli-ahli teknik.
Sebagai bahasa teknik, gambar teknik ini mencakup keterangan-keterangan dan pikiran yang berlimpah. Sebagai alat komunikasi di Industri, gambar memiliki peran yang sangat penting sebagai bahasa (penghubung) diantara perancang dan pelaksana.
Agar bisa terjadi komunikasi yang intensif tanpa adanya kebingungan/kesalahan interpretasi diantara mereka yang ada di Industri dalam pembuatan sebuah produk. Maka dibutuhkan penguasaan kemampuan dalam membaca, memahami dan membuat gambar teknik.
Dengan memahami penjelasan tentang Menggambar Teknik maka harus diketahui bahwa Menggambar Teknik merupakan salah satu bagian dari suatu mekanisme kerja dalam industri yang tak terpisahkan.
Kegiatan Menggambar Teknik biasanya dilakukan dalam suatu tempat yang disebut dengan studio gambar (engineering drafting department ). Kemudain Orang yang biasanya bertugas membuat Gambar Teknik disebut perancang (designer). Dalam menggambar teknik ada beberapa aturan-aturan menggambar yang disebut juga standar gambar.
Standar gambar juga bisa disebut sebagai tata bahasa teknik, dimana akan mengatur cara penyampaian keterangan-keterangan lebih rinci melalui gambar agar gambar bisa dijadikan sebagai alat komunikasi seperti halnya bahasa lisan atau tulisan.
Gambar Proyeksi
Untuk menyajikan sebuah benda dengan tiga dimensi pada sebuah bidang dua dimensi dipakailah cara proyeksi. Perhatikan gambar 1 disitu terlihat ada tiga buah titik A, B dan C, dan di antaranya terdapat sebuah bidang datar P.Apabila titik A dihubungkan dengan titik-titik B dan C oleh garis-garis lurus, maka pada bidang P akan terpotong oleh garis AB di D dan AC di E. Pada Tititk-titik D dan E pada bidang P disebut proyeksi dari titik A, Garis lurus AB dan AC disebut garis proyeksi, kemudian pada bidang P disebut bidang proyeksi dan titik A disebut titik penglihatan.
Apabila sebuah benda dilihat dari sebuah titik penglihatan O, seperti pada gambar. 2(a), maka proyeksi dari benda tersebut pada bidang proyeksi P disebut proyeksi perspektif dan gambarnya sendiri disebut gambar perspektif. Apabila titik penglihatannya berada di tak-terhingga, maka pada garis-garis proyeksi atau garis-garis penglihatan menjadi garis-garis sejajar, misalnya seperti pada gambar 2(b). Dalam hal ini cara proyeksinya disebut proyeksi sejajar.
Jika pada proyeksi sejajar garis-garis proyeksi berdiri tegak lurus pada bidang proyeksi P, maka cara proyeksinya disebut proyeksi ortogonal. Dan jika garis-garis proyeksi membuat sudut dengan bidang proyeksi P, maka cara proyeksi ini disebut proyeksi miring.
Proyeksi Ortogonal
Gambar proyeksi ortogonal dipakai untuk memberikan informasi yang lebih rinci dan lengkap/tepat dari sebuah benda tiga dimensi. Untuk mendapatkan hasil demikian, benda tiga dimensi tersebut diletakkan dengan bidang-bidangnya sejajar dengan bidang proyeksi. Terutama sekali bidang yang penting yaitu diletakkan sejajar dengan bidang proyeksi vertikal.Proyeksi ortogonal pada umumnya tidak memberikan gambaran yang lengkap dari benda namun hanya dengan satu proyeksi saja. Oleh sebab itu diambil beberapa bidang proyeksi. Biasanya diambil tiga bidang tegak lurus, dan bisa ditambah dengan bidang bantu di mana yang dibutuhkan.
Bendanya diproyeksikan secara ortogonal pada tiap-tiap bidang proyeksi yaitu untuk memperlihatkan benda tersebut pada bidang-bidang dua dimensi. Dengan menggabungkan gambar-gambar proyeksi tersebut, kemudian dihasilkan-lah gambaran jelas dari benda yang dimaksud.
Cara penggambaran demikian disebut proyeksi ortogonal. Dan untuk cara menggambarkannya akan diperlihatkan pada gambar (3). Antara benda dan titik penglihatan pada tak-terhingga diletakkan sebuah bidang tembus pandang sejajar dengan bidang yang akan digambar.
Pada gambar (3) bidang tembus pandang diambil secara vertikal. Apa yang dilihat pada bidang tembus pandang ini yaitu merupakan gambar proyeksi dari benda tersebut. Apabila benda tersebut dilihat dari depan, maka gambar pada bidang tembus pandang ini disebut dengan pandangan depan.
Dengan cara demikian diatas, benda tadi bisa diproyeksikan pada bidang proyeksi horizontal, pada bidang proyeksi vertikal sebelah kanan atau kiri. Dan pada masing-masing gambar disebut pandangan atas, pandangan kanan atau kiri (gambar 4).
Tiga, empat atau lebih dari gambar demikian digabungkan dalam satu kertas gambar, dan dihasilkan-lah sebuah susunan gambar yang memberikan gambaran yang lebih jelas dari benda yang dimaksud.
Proyeksi Sistem Amerika
Pada proyeksi sistem Amerika atau (Third Angle Projection = Proyeksi Sudut Ketiga), bidang proyeksi terletak diantara benda dengan penglihat yang berada di luar. Kemudian untuk memproyeksikan benda pada bidang proyeksi, seolah-olah benda ditarik ke bidang proyeksi.Dengan begitu jika bidang-bidang proyeksi dibuka, maka pandangan depan akan terletak di depan, pandangan samping kiri terletak di samping kiri. Kemudian pandangan samping kanan terletak di samping kanan, pandangan bawah terletak di bawah, pandangan atas terletak di atas. Dan pandangan belakang terletak di sebelah kanan samping kanan (perhatikan Gambar 6).
Proyeksi Sistem Eropa
Untuk proyeksi sistem Eropa (Fist Angle Projection = Proyeksi Sudut Pertama), benda berada terletak di dalam kubus yaitu diantara bidang proyeksi dan penglihat.Tujuanya yaitu untuk memproyeksikan benda seolah-olah benda tersebut di dorong menuju bidang proyeksi. Dengan begitu bila bidang proyeksi di buka, maka pandangan depan tetap, pandangan samping kiri terletak di sebelah kanan, pandangan samping kanan terletak di sebelah kiri.
Kemudian pandangan bawah terletak di atas, pandangan atas terletak di sebelah bawah, dan pandangan belakang terletak di sebelah kanan pandangan samping kiri (perhatikan Gambar 7).
Dari kedua proyeksi di atas yang sudah dijelaskan, terlihat bahwa proyeksi pada sistem Amerika (Third Angle Projection atau Proyeksi Sudut Ketiga) pemakaiannya lebih rasional dan lebih mudah dipahami. Karena atas dasar itulah proyeksi sistem Amerika penggunaanya lebih luas jika dibandingkan dengan sistem Eropa.
Kemudian Negara-negara pantai laut Pasifik, seperti USA dan Canada, Australia, Korea Selatan, Jepang, dan juga Indonesia memakai proyeksi sistem Amerika.
Gambar Sketsa (Proyeksi Piktorial)
Gambar sketsa bagi para seorang desainer gambar adalah sangat bernilai untuk bisa menyampaikan pikiran dan gagasan mereka. Pen-sketsaan ini juga sangat efektif dan ekonomis untuk merumuskan berbagai penyelesaian untuk suatu masalah yang sedang dihadapi sehingga pilihan bisa diambil dari berbagai penyelesaian tersebut.Oleh sebab itu sketsa teknik dibuat untuk benda-benda tiga dimensi, bentuk sketsa tersebut hampir bersesuaian dengan jenis proyeksi standar. Pada sketsa benda bisa ditunjukkan seperti potret dalam satu pandangan misalnya dengan sketsa proyeksi perspektif, isometrik atau miring.
Proyeksi Perspektif
Apabila antara benda dan titik penglihatan tetap dibuat dalam sebuah bidang vertikal atau bidang gambar. Maka pada bidang gambar tersebut akan terbentuk sebuah bayangan dari benda itu sendiri (perhatikan gambar 8).Dari bayangan ini disebut dengan gambar perspektif. Gambar perspektif adalah gambar yang sama/serupa dengan gambar benda yang dilihat dengan mata biasa, dan juga banyak dipakai dalam bidang arsitektur.
Ini merupakan gambar pandangan tunggal yang terbaik, namun cara penggambarannya juga sangat sulit dan rumit dari pada cara-cara penggambaran yang lain. Untuk gambar teknik dengan bagian-bagian yang rumit dan kecil tidak menguntungkan, oleh karenanya jarang sekali digunakan dalam gambar teknik mesin.
Dalam gambar perspektif garis-garis sejajar pada sebuah benda bertemu di satu titik dalam ruang, yang disebut dengan titik hilang. Ada tiga macam gambar perspektif, yaitu seperti perspektif satu titik (perspektif sejajar), kemudian perspektif dua titik (perspektif sudut). dan perspektif tiga titik (perspektif miring), sesuai dengan jumlah titik hilang yang digunakan (gambar. 9).
Sketsa Isometrik
Sketsa isometrik yaitu merupakan salah satu dari metode sederhana untuk persiapan sketsa gambar yang juga memiliki manfaat yang sangat besar dalam mempelajari prinsip-prinsip proyeksi banyak pandangan.Kemudian untuk membuat sebuah sketsa isometrik, miringkan benda (terhadap pendesain) dengan sudut depan akan tampak tegak. Dan kedua tepi bagian bawah dan tepi lain yang masing-masing sejajar dengannya dengan membentuk sudut kira-kira 300 dengan bidang datar (perhatikan gambar 10).
Sketsa Miring
Sketsa miring yaitu merupakan metode sederhana lain untuk mensketsa gambar dengan cara pertama yaitu membuat sketsa muka depan benda seolah membuat pandangan depan. Kemudian sketsa garis-garis miring yang sejajar satu sama lain dan pada sudut 300 atau 450 dengan bidang datar.Apabila panjang garis-garis miring dibuat tiga perempat atau setengahnya dari panjang sebenarnya, maka akan terlihat lebih alami, sketsa yang demikian disebut sketsa Kabinet. Dan bila panjang garis miring dibuat sama dengan panjang sebenarnya, sketsa ini disebut sketsa cavalier.
Gambar Potongan
Pemakaian garis strip-strip (gores) untuk melukiskan bagian benda yang tidak terlihat dalam jumlah yang sedikit memang dapat membantu para pembaca gambar. Namun jika bagian yang tidak terlihat banyak akan menimbulkan kebingungan. Untuk menghindari kebingungan tersebut dan memperjelas bagian dalam sebuah benda yang akan digambar dipakai-lah gambar potongan (sectional views).Tujuanya yaitu untuk menampilkan bagian dalam sebuah benda dengan memakai gambar potongan, yang bisa ditunjukkan dengan potongan seluruhnya dan potongan sebagian, potongan separoh. Kemudian disesuaikan dengan kadar kebutuhan dari bagian dalam yang akan ditunjukkan (perhatikan Gambar 12).
Memang pemakaian gambar potongan seluruhnya akan lebih menunjukkan bagian dalam, namun dalam hal- hal tertentu justru akan mubazir terutama dalam menghabiskan waktu menggambar. Seperti pada benda kerja yang simetris, maka gambar potongannya cukup sebagian atau separoh saja dan tidak perlu seluruhnya.
Cara Menggambar Potongan
Pada bagian dalam yang mendapatkan potongan harus dibedakan dengan bagian luar yang tidak terpotong. Untuk itu seluruh bagian yang dipotong diarsir dengan sudut 45º terhadap garis sumbu atau garis gambar (perhatikan Gambar 13).Sedangkan untuk potongan dari satu benda harus diarsir juga dengan arah yang sama. Pada penampang yang tipis, seperti benda yang terbuat dari plat, packing, dan baja profil bisa digambar dengan garis tebal (dihitamkan). Sedangkan untuk daerah yang dihitamkan dari beberapa penampang yang berbeda dipisahkan atau diberi jarak sedikit (perhaikan Gambar 15).
Gambar potongan memang bisa membantu untuk menjelaskan bentuk dari bagian dalam yang tidak terlihat dan untuk ukuran-ukurannya. Walaupun begitu ternyata tidak semua benda bisa dipotong. Bagian-bagian benda seperti paku keling, poros, sirip, pasak, dan baut, tidak boleh dipotong (perhatikan Gambar 16).
Pemotongan pada sebuah pandangan dilakukan dengan memakai garis potong, yaitu garis strip titik dengan ujung tebal, kemudian diberi anak panah yang diberi huruf sama. Pada tampilan bagian yang dipotong diberi tulisan huruf yang sama dengan pemotongannya (perhatikan Gambar 17).
Toleransi dan Suaian
Toleransi
Toleransi adalah sebuah penyimpangan yang diijinkan. Adanya toleransi pada benda kerja yang dibuat memungkinkan sebuah produk yang dibuat oleh orang yang berbeda atau perusahaan yang berbeda bisa dipasangkan atau diasembling.Dengan begitu toleransi ini memungkinkan sebuah benda kerja bisa dihasilkan lebih banyak secara massal yang memiliki kemampuan tukar untuk banyak komponen yang sesuai satu sama lain dengan tepat. Kemudian ada dua cara dalam menentukkan besarnya ukuran toleransi yang dikehendaki yaitu dengan sistem basis lubang dan juga sistem basis poros.
Untuk sistem basis lubang, semua lubang disamakan oleh pembuatannya dengan toleransi “H” sebagai dasar. Sedangkan untuk ukuran poros bisa berubah-ubah tergantung menurut macam suaiannya. Pada sistem yang basis poros ukuran poros yaitu sebagai dasar dengan toleransi “h” dan untuk ukuran lubangnya bisa berubah-ubah.
Kemudian untuk menghindari kesalahan/kekeliruan dalam membaca antara angka dan huruf, maka tidak semua huruf digunakan sebagai pembacaan toleransi. Dan huruf- huruf yang tidak digunakan adalah I, L, O, Q, dan W.
Suaian
Suaian yang menunjukkan sebuah keketatan atau kelonggaran pada suatu toleransi bisa diakibatkan oleh penerapan kerenggangan komponen yang berpasangan. Kemudian ada tiga jenis kemungkinan suaian pada suatu toleransi, yaitu:Suaian longgar
Pada suaian ini akan menghasilkan batas ukuran yang menjamin ruangan bebas antara komponen yang berpasangan pada saat dirakit.Suaian transisi
Pada suaian ini memungkinkan akan terjadinya kesesakan kecil atau kelonggaran yang kecil terjadi pada komponen yang berpasangan pada saat dirakit, dan.Suaian sesak
Pada suaian ini akan menghasilkan kesesakan diantara dua komponen yang saling berpasangan pada saat dirakit. Kemudian untuk sistem basis lubang, suaian longgar dengan pasangan daerah toleransi lubang ‘H’.Maka daerah toleransi poros dari ‘a’ sampai dengan ‘h’, suaian transisi dengan toleransi lubang lubang ‘H’, toleransi porosnya yaitu dari ‘j’ sampai dengan ‘n’. Sedangkan pada suaian sesak, untuk toleransi lubang ‘H’, toleransi porosnya dari ‘p’ sampai dengan ‘z’.
Untuk sistem basis poros prinsipnya sama saja, hanya poros menggunakan huruf kecil, sedangkan lubangnya memakai huruf besar. Dan untuk memperoleh suaian yang baik/tepat antara dua komponen yang saling berpautan, maka harus dihitung dahulu ukuran batas yang memodifikasi ukuran nominal kedua komponen itu kemudian baru ditentukan besarnya penyimpangan (kelonggaran) yang diinginkan.
Penyimpangan bagian atas harus ditulis pada kedudukan atas, dan penyimpangan bawah pada kedudukan bawah, ini juga berlaku untuk lubang maupun untuk poros. Pada gambar (18) di bawah ini menunjukkan pembatasan-pembatasan ukuran dalam toleransi lubang dan poros.
Dan dari gambar (18), Ditunjukkan notasi-notasi dan definisi sebagai berikut:
- Ukuran nominal: yaitu ukuran yang tertulis pada gambar tanpa menunjukkan toleransi.
- Ukuran aktual: yaitu ukuran dari hasil sebuah pengukuran.
- Penyimpangan atas: yaitu selisih antara ukuran nominal dan juga ukuran aktual terbesar yang diijinkan.
- Penyimpangan bawah: yaitu selisih antara ukuran nominal dan juga ukuran aktual terkecil yang diijinkan.
- Toleransi: Nilai absolut dari selisih penyimpangan atas dan juga penyimpangan bawah.
- Kelonggaran: yaitu selisih antara ukuran lubang dan juga ukuran poros pasangan suaiannya (disini ukuran lubang lebih besar dari pada poros).
- Kesesakan: yaitu selisih antara ukuran lubang dan juga ukuran poros pasangan suaiannya (disini ukuran poros lebih besar dari pada lubang).